Selasa, 18 Oktober 2011
asuhan keperawatan TBC
A. Pengkajian.
1. Biodata klien.
2. Biodata Penanggung jawab.
3. Keluhan Utama
Klien Mengeluh batuk..
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Di Sebabkan oleh peningkatan sekret di jalan napas.
Q : Skala berat.
R :terasa di bagian daerah dada kiri.
S : #
T : batuk pada malam hari.
5. Riwayat kesehatan dahulu.
6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Data Dasar
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala :
1. Kelelahan umum dan kelemahan.
2. Nafas pendek karena bekerja.
3. Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil.
Gejala :
1. Kelelahan umum dan kelemahan.
2. Nafas pendek karena bekerja.
3. Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil.
4. Mimpi buruk.
2. Integritas Ego.
Gejala :
1. Adanya faktor stres lama.
2. Masalah keuanagan, rumah.
3. Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
4. Populasi budaya.
Gejala :
1. Adanya faktor stres lama.
2. Masalah keuanagan, rumah.
3. Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
4. Populasi budaya.
3. Makanan / cairan.
Gejala :
1. Anorexia.
2. Tidak dapat mencerna makanan.
3. Penurunan BB.
Gejala :
1. Anorexia.
2. Tidak dapat mencerna makanan.
3. Penurunan BB.
4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
1. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Gejala :
1. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
2. Berhati-hati pada area yang sakit.
3. Perilaku distraksi, gelisah.
3. Perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernafasan.
Gejala :
1. Batuk produktif atau tidak produktif.
2. Nafas pendek.
3. Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Gejala :
1. Batuk produktif atau tidak produktif.
2. Nafas pendek.
3. Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
6. Keamanan.
Gejala :
1. Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
2. Demam rendah atau sakit panas akut.
Gejala :
1. Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
2. Demam rendah atau sakit panas akut.
7.. Interaksi sosial.
Gejala :
1. Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
2. Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
Gejala :
1. Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
2. Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
8. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
1. Riwayat keluarga TB.
2. Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
3. Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
4. Tidak berpartisipasi dalam therapy.
Gejala :
1. Riwayat keluarga TB.
2. Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
3. Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
4. Tidak berpartisipasi dalam therapy.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan secara head toe to ataupun persistem, namun pada saat pemeriksaan fisik data yang paling fokus adalah pada bagian dada.
9. Data Penunjang
Hasil Laboratorium dan ronsen.
10. Therapy
Antitusif, Ekspektoran, Antipiretik, Bronkodilator, Antibiotika.
11. Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
· Mempertahankan jalan nafas pasien
· Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
· Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori
· Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya emoptisis
· Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
· Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
Rasionalisasi :
· Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
· Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
· Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
· Mencegah obstruksi / aspirasi
2. Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum meningkat.
Kriteria hasil :
· BB meningkat
Intervensi :
· Catat status nutrisi pasien
· Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
· Berikan makanan sedikit tapi sering
· Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali kontra indikasi
· Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasionalisasi :
· Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
· Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
· Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
· Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
· Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
· Kaji kemampuan pasien untuk belajar
· Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
· Berikan instruksi dan informasi tertulis
· Anjurkan klien untuk tidak merokok
· Kaji bagaimana TB ditularkan
Rasionalisasi :
· Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
· Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut
· Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
· Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
· Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
· Kaji patologi penyakit
· Identifikasi orang lain yang berisiko
· Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
· Kaji tindakan kontrol infeksi
· Awasi suhu sesuai indikasi
· Kolaborasi dengan tim medis
Rasionalisasi :
· Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
· Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi
· Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
· Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
· Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi
D. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
E. Evaluasi.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
laporan pendahuluan TBC
A. Definisi
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
C. Proses Penularan
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam.
D. Anatomi Fisiologi
E. Patofisiologi
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit.
2. Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
3. Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin : pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4. Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5. Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6. Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun
G. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin / INH.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
· Mempertahankan jalan nafas pasien
· Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
· Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori
· Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya emoptisis
· Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
· Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
Rasionalisasi :
· Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
· Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
· Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
· Mencegah obstruksi / aspirasi
2. Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum meningkat.
Kriteria hasil :
· BB meningkat
Intervensi :
· Catat status nutrisi pasien
· Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
· Berikan makanan sedikit tapi sering
· Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali kontra indikasi
· Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasionalisasi :
· Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
· Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
· Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
· Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
· Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
· Kaji kemampuan pasien untuk belajar
· Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
· Berikan instruksi dan informasi tertulis
· Anjurkan klien untuk tidak merokok
· Kaji bagaimana TB ditularkan
Rasionalisasi :
· Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
· Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut
· Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
· Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
· Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
· Kaji patologi penyakit
· Identifikasi orang lain yang berisiko
· Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
· Kaji tindakan kontrol infeksi
· Awasi suhu sesuai indikasi
· Kolaborasi dengan tim medis
Rasionalisasi :
· Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
· Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi
· Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
· Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
· Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi
Kamis, 13 Oktober 2011
Rabu, 12 Oktober 2011
referensi
- Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
- Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC: Jakarta.
- Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.
-Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan.
-Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan
-www. Google.com/Wikipedia.com
-www.Goodle.com/Total kesehatan indonesia.com
askep asma bronchialis
A. Pengkajian.
1. Biodata klien.
2. Biodata Penanggung jawab.
3. Keluhan Utama
Klien Mengeluh Sesak.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Di Sebabkan oleh sesak.
Q : Skala Nyeri, contoh: skala nyeri 3 daaalam rentang 0-5.
R : #
S : #
T : Sesak pada malam hari.
5. Riwayat kesehatan dahulu.
6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Data Dasar .
Data dasar pengkajian pada pasien dengan asma bronchialis
Data dasar pengkajian pada pasien dengan asma bronchialis
a. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan aktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
b. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
c. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
d. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
e. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
f. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
B. Diagnosa Keperawatan Dan Perencanaan Keperawatan.
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme
Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas
Intervensi:
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
- Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
- Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT
- Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap,dll
- Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.
2) Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi:
- Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
- Awasi tanda vital dan irama jantung
- Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
- Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
- Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara
- Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
3) Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk orang tua:
- Berikan ketanangan pada orang tua
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi (Waley & Wong, 1989)
- Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya
- Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak:
- Bina hubungan saling percaya
- Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya
- Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya
- Melibatkan anak dalam bermain
- Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi (Waley & Wong, 1989).
4) Risiko tinggi kopong keluarga tidak efektif b.d tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial orang tua
Tujuan: koping keluarga kembali efektif
Intervensi:
- Buat hubungan dengan orang tua yang mendorong mereka mengungkapkan kesulitan
- Berikan informasi pada orang tua tentang perkembangan anak
- Berikan bimbingan antisipasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
- Tekankan pentingnya sistem pendukung
- Anjurkan orang tua untuk menyediakan waktu sesuai kebutuhan
- Bantu orang tua untuk merujuk pada ahli penyakit
- Informasikan kepada orang tua tentang pelayanan yang tersedia di masyarakat.
D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)
E. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
Langganan:
Postingan (Atom)